
Sebuah film yang merupakan pre saga sequence yang berarti
sebuah rangkaian kisah yang menceritakan asal mula sebelumnya suatu rangkaian
kisah lainnya yang sudah pernah difilmkan. Anda pasti masih ingat dengan
trilogy film The Lord Of The Rings yang terdiri dari rangkaian tiga buah film
yaitu The Fellowship Of The Ring (tahun 2001), The Two Towers (tahun 2002) dan
The Return Of The King (tahun 2003). Semuanya disutradarai oleh Peter Jackson
yang mengadaptasinya dari novel yang berjudul sama hasil karya J.R.R. Tolkien.
Masih dengan sutradara yang sama dan mengadaptasi dari
pengarang yang sama pula maka dibuatlah film berjudul The Hobbit berdasarkan
novel berjudul sama dan dibuat pada tahun 1937. The Hobbit dibuat dengan model
trilogy yang terdiri dari tiga film yaitu An Unexpected Journey, The Desolation
of Smaug dan There And Back Again. Sebenarnya bukunya sendiri hanya satu buah
saja, berbeda dengan The Lord of The Rings yang bukunya memang ada tiga buah.
Film ini dibuat dengan teknologi 3 Dimensi HFR (High Frame
Rate) yaitu sebuah teknologi baru yang berbeda dengan 3 Dimensi yang ada selama
ini. Pada umumnya teknologi yang digunakan sekarang ini adalah 24 frame per
detik sedangkan untuk HFR adalah 48 frame per detik. Jadi gambar yang
dihasilkan mendekati apa yang dilihat oleh mata manusia secara nyata. Gambar
menjadi lebih terang dan lebih jelas serta meyakinkan.
Pada saat penulis menonton pada tanggal 18 Desember 2012 di
salah satu bioskop XXI yang memutar 3 Dimensi HFR ternyata mengalami hal yang
kurang baik. Gambar terasa 2 Dimensi saja dan kadang kala terlihat kabur
sedangkan teks terjemahan kadang kala terlihat double dan mengganggu mata.
Sepertinya ada yang salah dengan proyektor filmnya. Untuk memastikan ada
masalah tersebut, penulis mencoba menanyakan kepada penonton di kursi sebelah
dan memang merasakan hal yang sama. Selain itu terdengar suara dari beberapa
penonton lain yang mengeluhkan hal yang sama. Penulis mencoba dengan kaca mata
lain dan masih tetap sama.
Akhirnya penulis mencoba membalik kaca mata, kaca yang
sebelah kiri menjadi sebelah kanan dan sebaliknya kaca sebelah kanan menjadi
sebelah kiri. Jadi kedudukan tangkai telinganya dan posisi hidung menjadi
terbalik. Simsalabim Abrakadabra, ternyata berhasil. Gambar menjadi 3 Dimensi
dan teks terjemahan tidak double. Menurut penulis sistem proyektor film ada
kesalahan. Seperti kita ketahui untuk film 3 Dimensi ada dua proyektor yang
memancarkan gambar dari sumber yang berbeda. Nah sumber inilah yang terbalik
satu sama lain. Sehingga saat penulis menukar posisi kacamatanya maka gambar
menjadi normal. Entahlah penonton yang lain apakah sadar atau tidak tentang hal
ini.
Penonton tidak hanya dimanjakan dari sisi indera matanya
saja namun indera telinga juga ikut dimanjakan. Film ini menggunakan teknologi
Dolby Atmos System yang merupakan 3 Dimensinya suara. Sayangnya untuk penonton
Indonesia masih belum bisa merasakan keunggulan tersebut. Penulis sudah
mengkonfirmasi ke pihak 21 Cineplex namun sayangnya mereka malah tidak tahu
tentang teknologi tersebut. Saat ini jumlahnya tidak lebih dari angka 100
bioskop di seluruh dunia yang menggunakan system tsb.
Kisah dimulai dari Bilbo Baggins (Martin Freeman) yang
menceritakan kepada Frodo (Elizah Wood) tentang petualangan masa lalunya.
Kemudian cerita mengalami flashback di saat Bilbo masih muda. Bilbo dipilih
oleh Gandalf si penyihir abu-abu (Ian McKellen) untuk bergabung ke dalam
kelompok 13 kurcaci yang dipimpin oleh Thorin Oakenshield (Richard Armitage).
Bilbo ragu-ragu untuk bergabung atau tidak karena dia hanyalah seorang Hobbit
biasa yang tidak pernah pergi jauh dan bertarung atau berkelahi. Demikian juga
Thorin yang meragukan kemampuan Bilbo walaupun Gandalf mempromosikannya sebagai
pencuri ulung. Namun akhirnya Bilbo memutuskan untuk bergabung sebagai anggota
ke-14 walaupun tidak ada jaminan tentang keselamatan dirinya.
Nama-nama ketiga belas kurcaci adalah Thorin, Dwalin, Balin,
Bifur, Bofur, Bombur, Fili, Kili, Oin, Gloin, Nori, Dori dan Ori.
Perjalanan menuju gunung Erebor didaerah Middle Earth
dimulai. Tujuan utama kelompok kurcaci adalah menemukan kembali tanah air
mereka. Dimana sebelumnya, kerajaan mereka berada di dalam gunung Erebor yang
kaya akan emas. Dan pada suatu hari diserang oleh seekor naga bernama Smaug
yang menghancur leburkan dan meluluh lantakan kerajaan tersebut. Semua
penduduknya banyak yang tewas dan yang lainnya pada menyelamatkan diri dengan
berpencar ke seluruh penjuru daerah.
Sayangnya pada saat itu Thranduil (Lee Pace) dari bangsa
peri yang mengetahui peristiwa itu tidak melakukan pertolongan dan bahkan
membiarkan hal tersebut. Sehingga timbul kebencian dan rasa tidak senang dari
kelompok kurcaci kepada bangsa peri.
Dalam pelariannya kelompok kurcaci dipimpin oleh Thrain,
ayah dari Thorin. Saat itu kelompok kurcaci berperang dengan kaum Orc yang
dipimpin oleh Azog (Manu Bennett) yang disebut Orc berwajah pucat. Thrain
berhasil dibunuh oleh Azog. Thorinpun membalas kematian ayahnya dengan memotong
tangan Azog dan memukul mundur kaum Orc. Thorin pun menyangka Orc sudah mati
padahal belum. Sehingga timbul dendam yang mendalam diantara keduanya.
Dengan bermodalkan peta yang dimiliki oleh Thorin dan anak
kunci yang dimiliki oleh Gandalf serta kepolosan dari Bilbo merupakan suatu
langkah untuk menuju kesuksesan. Sayangnya tidak ada orang yang bisa membaca
peta tersebut kecuali Lord Elron dari bangsa peri yang dibenci oleh oleh
Thorin. Peta tersebut menggunakan bahasa kurcaci kuno dan ada pesan tersembunyi
di dalamnya yang hanya bisa dibaca bila terkena sinar bulan tertentu.
Perjalanan itu tidak mudah karena melewati tantangan alam
dan juga halangan dari kaum Orc dan Wargnya atau sejenis serigala yang
dijadikan kendaraannya. Halangan dari Troll yang ingin memangsa dan merasakan
daging kurcaci, yang jika terkena sinar matahari akan menjadi patung batu.
Jebakan dari kelompok Goblin yang menangkap dan mengharapkan imbalan dari kaum
Orc.
Cikal bakal cincin yang ada dalam The Lord Of The Ring
ditampilkan disini. Awalnya dimiliki oleh makhluk bernama Gollum atau juga
dipanggil dengan Precious (Andy Serkis) yaitu makhluk dengan dua kepribadian.
Rupa-rupanya cincin itu terjatuh pada saat sibuk menyeret Goblin untuk
dimangsa. Bilbo menemukannya namun tidak mau mengembalikannya. Secara tak
sengaja dia tahu manfaat dari cincin itu bila dipakai yaitu bisa menghilang dan
orang lain tidak bisa melihatnya.
Karakter Gandalf dapat diperankan dengan baik oleh Ian
McKellen apalagi suaranya yang khas penuh karisma sangat pas. Namun badannya
terlihat sedikit kurus dibandingkan film sebelumnya. Martin Freeman sebagai
Bilbo bermain manis dan terkesan polos. Semua pemain juga bermain dengan apik.
Tata rias untuk para kurcaci cukup unik dengan tatanan rambut dan jenggot yang
dimodel sedemikian rupa.
Sedikit kritik mengenai perbedaan kurcaci (dwarf) atau
bahasa lainnya adalah orang kerdil dengan hobbit. Padahal kita tahu hobbit
adalah orang kerdil juga. Menurut novelnya, tinggi hobbit adalah setengahnya
tinggi manusia dan lebih kecil dari kurcaci. Namun dalam film postur dan tinggi
badan keduanya adalah sama. Sebaiknya postur dan tinggi badan hobbit lebih
kecil dari pada kurcaci sehingga jelas perbedaan antara keduanya. Dalam
novelnya Frodo tidak ada sama sekali tetapi di film ini dimunculkan di awal. Memang
banyak hal yang berbeda antara novel dan filmnya namun demikian perbedaan itu
tetaplah menarik dan tidak mengurangi kualitas cerita itu sendiri.
Film yang pengambilan gambarnya dilakukan di Selandia baru
ini menampilkan pemandangan alam yang indah dan menawan. Entah itu alami atau
buatan animasi CGI, hasilnya begitu mempesona dan memanjakan mata penonton.
Apalagi efek 3 Dimensi HFR yang begitu terang dan jelas semakin memuaskan
pandangan mata. Pada saat pertarungan antar raksasa batu di pegunungan cukup
memikat dan membuat kagum penulis. Demikian juga saat pertarungan akhir antara
kaum Orc dan kelompok kurcaci tampil mengesankan. Penulis merekomendasikan film
yang mempunyai durasi hampir 3 jam ini untuk ditonton.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar